udamasmilam.blogspot.com - 22.37 - Waktu berlalu dengan putaran waktu yang begitu cepat berlalu, denga tanpa terasa sudah lebih dari 2 tahun Sulastri (36) pergi memgadu nasib di negeri orang menjari sorang TKW. Sebenarnya Sulastri warga desa Margoyoso itu sudah mengenal pekerjaan sebagai TKW cukup lama, karena dia 4 kali kesempatan bekerja di negara orang (1 Arab, 1 Korea dan 2 Hongkong). Dengan pengalaman itu Sulastri merasa nyaman saja bila harus pulang ke tanah air dan tidak dalam waktu lama (1 bl) harus balik ke negara tempatnya bekerja.
Watga Desa Margoyoso mengakui dengan seringnya Sulastri bekerja sebagai TKW telah mengangkat ekonomi keluarga sehingga dulu dari keluarga kurang berada sekarang menjadi orang yang berada. Kondidi yang demikian itu memacu pemikiran Apriyanto (39) untuk memberangkatkan istrinya guna mengikuti jejak Sulastri. Besar harapan Ampri bila istri bekerja sebagai TKW maka akan mampu mengubah ekonomi keluarganya.
Terkadang pemikiran manusia begitu simpel dengan melihat kenikmatan pada orang lain tentunya dirinya akan mampu meneikmatinya pula. Perjalanan dari proses mendapatkan kenikmatan sering dilupakan, hanya ending atau akhir saja yang biasa dilihat. Menjadi TKW atau TKI itu tidak seperti yang dibayangkan, para aset negara itu harus rela mengorbankan waktu guna seleksi awal hingga pendidikan yang dimawa waktunya juga tidak pasti. Belum lagi kadang menjadi korban penipuan jasa agen dan yang lebih sengsara lagi mendapat majikan atau juragan yang tidak baik. Sungguhlah perjuangan dan pengorbanan yang sangat mulia bagi para devisa negara ini.
Siti (34) istri Apriyanto setelah melalui proses akhirnya berangkat pula terbang ke negara Arab. Apriyanto merasa senang dengan kepergian istrinya dengan penuh damba akan datangnya kiriman dana hasil keringat usaha Siti untuk kebutuhan keluarga di Margoyoso. Dengan kepergian Siti akhirnya Apriyanto menjadi bapak segaligus ibu guna mengurus anak-anak dan segala kebutuhan mereka disetiap harinya. 1,2,3 bulan berlalu dan akhirnya ada kabar lewat telepon kalau Siti telah mentransfer uang buat biaya hidup. Uang yang diharapkan datang, mencoba membagi dan menggunakan uang itu sesuai rincian yang disiapkan, namun apa yang terjadi? harapan dari rencananya meleset jauh. Merasa ada kekurangan yang dilakoninya walau sudah sering juga mendapat kiriman dana tanpa sadar Apriyanto lambat laun menjadi orang yang suka berhayal, selalu membayangkan akan kenikmatan semu dalam fikirannya. Pekerjaan disetiap harinya yang sebagai kuli mulai jarang dilakukan, cuma tidur, maen dan obral suara. Anak-anak tidak terurus.
Masa kontrak Siti selama 2 tahun habis, berarti dia harus pulang ke tanah air dan kampung halaman guna bertemu dengan keluarga tercinta. Harapan keluarga bahagia dengan ekonomi mapan porak poranda didapatinya. Rencana 2 tahun silam meleset jauh dari dugaan, rumah dan isinya masih uth sama tidak ada perubahan, anak-anak menjadi liar, da suami yang berubah tidak jelas kemauannya.
Apa yang akan dibanggakan bagi seorang TKW yang mengalami nasib sama dengan Siti, pasti tersiksa batinnya. Oleh sebab itu diharapkan untuk saling berkomunikasi yang baik di dalam keluarga sebelum mengambil keputusan, akibat yang akan ditimbulkan harus jadi ukuran sebelum melaksanakan.
Perjuangan para TKW untuk keluaraga jangan sesekali dinodai dan di rugikan oleh keluarga yang ditinggalkan. Jagalah amanah yang TKW sampaikan dengan penuh tangung jawab dan juga dapat dipertaggungjawabkan. "Hargai mereka dan sayangi mereka, karena merekalah pahlawan kalian".
Slamet Nurcahyono
No comments:
Post a Comment