Wednesday, June 29, 2016

Budaya Terpuji Dengan "Udan Quran, Gerimis Hadist, Kepyur Pitutur, Jeblog Pengajian" | Pendidikan Kita

udamasnilam.blogspot.com | Pendidikan Kita  (News:10.55)Terletak disebelah utara kota Solo berjarak kurang lebih 15 Km terdapat sebuah dusun yang konon pada masa lalu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam. Tersebutlah sebuah tempat yang bernama Kaliyosojogopaten, atau dikenal hanya dengan sebutan Kaliyoso. Secara geografis, dusun Kaliyoso berada disebelah utara sungai (kali) cemoro. Kawasan ini masuk dalam desa Jetis Karangpung, kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen. Bagaimanakan wilayah ini pertama kali dibuka menjadi sebuah pemukiman dan menjadi pusat penyebaran agama Islam, yang awal mulanya merupakan sebuah hutan lebat.
 
Sejarah kaliyoso dimulai dari seorang bernama Bagus Turmudi yang sejak kecil ikut kakeknya yang bernama Kyai Abdul Djalal (wafat dan dimakamkan di Pedan, Klaten). Bagus Turmudi ini kemudian hari terkenal dengan nama Kyai Abdul Djalal 1.Pada suatu saat, ketika bermunajat kepada Allah swt, Beliau mendapat ilham agar melanjutkan perjalanan kesuatu tempat yang bernama “Grasak”. Setelah meninggalkan Watu Soye menuju barat, akhirnya Kyai Abdul Djalal 1 dalam keprihatinannya mendapatkan ilham dari Allah, bahwa disitulah tempat sebenarnya yang dituju (sebelah selatan dari Masjid Kaliyosojogopaten sekarang).
Ditempat inilah Beliau mulai melakukan rialat, sholat, puasa dan amalan-amalan lainya dengan harapan agar dalam membuka hutan grasak (alas jogopaten) dapat dilakukan dengan mudah dan selamat atas pertolongan Allah. Karena, konon katanya, di dalam hutan jogopaten inilah pusatnya para jin dan makhluk halus lainya, sehingga “Jogopaten” itupun menurut cerita berasal dari kata “Jogo Pati” atau berjaga-jaga untuk bersedia mati bila berani memasuki hutan tersebut.
Beliau pertama kali mendirikan sebuah rumah,disusul dengan mendirikan sebuah surau (langgar) dan tempat mengajar agama Islam (Pondok Pesantren). Lambat laun tempat itu menjadi ramai dengan kehadiran orang-orang yang ingin mencari ilmu (baca: nyantri). Disamping itu, beberapa orang keluarga Kyai Abdul Djalal 1 dan juga dari keluarga pengikutnya menyusul pula pindah ke tempat itu sehingga membentuk perkampungan dan diberi nama ''Kaliyoso''.

Untuk masa sekarang masyarakat Kalioso tetap hidup dalam budaya Islami yang sangat kental sekali. Dibuktikan dengan banyaknya siar agama di masjid, dan rumah warga. Setiap Minggu selalu ada pengajian dengan menampilkan pembicara dari luar daerah, belum lagi lantunan ayat-ayat suci al quran yang selalu tiada hentinya berkumandang. Dalam masyarakat Kalioso ada sebuah pandangan hidup yang kerennya disebut motto hidup yaitu "Udan Quran, Gerimis Hadist, Kepyur Pitutur, Jeblog Pengajian".
Bila waktunya sholat datang, masyarakat berbondong ke masjid buat berjamaah, untuk waktu setelah sholat maghrib digunakan untuk membaca al quran dan tidak ada tv/radio bunyi. Masyarakat tua atau muda dan anak-anak sama-sama mempunyai jamaah sendiri; Orang tua/dewasa setiap malam minggu, dan anak-anak setiap malam jum'at. Semoga menjadi teladan hidup yang bak bagi kita. (Sncy).

No comments:

Post a Comment