udamasnilam.blogspot.com - 04:24\19-6-16 - Sebenarnya tinggal di negeri rantau bukanlah pilihan terbaik tapi terpaksa oleh
keadaan, semakin sulitnya lapangan pekerjaan dan semakin mahalnya biaya hidup
sehingga menekan perekonomian rakyat, memaksa saudara-saudara kita ini untuk
meninggalkan tanah air. Kepergian mereka membawa berjuta impian untuk bisa
memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, terlepas dari lilitan kemiskinan. Di negara orang para
TKI bekerja di berbagai sektor seperti, pembantu rumah tangga, industri,
pelayan, buruh bangunan dan bekerja di ladang-ladang. Walaupun banyak sudah
kisah pilu para TKI di negeri orang ini tapi tidak menyurutkan langkah mereka
untuk mengadu keberuntungan.
Para TKI jauh-jauh pergi ke negara lain dengan tujuan membantu keluarga meningkatkan taraf hidup, menata
masa depan yang indah. Mereka bukan saja pahlawan keluarga tapi sekaligus sebagai pahlawan negara, mereka
penyumbang devisa terbesar bagi negara. Namun walaupun sumbangsih TKI sangat
besar, nasibnya tak kunjung membaik. Mereka laksana sapi perahan yang diperas
disana sini. Mulai dari pembuatan paspor yang dikenakan biaya berlipat-lipat
dari harga biasa, kehadiran PJTKI yang diharapkan untuk memudahkan urusan TKI
ujung-ujungnya memeras juga.
Gaji yang besar akan sangat kecil bila dibandingkan pengorbanan sosial dan modal yang mereka
keluarkan di awal. Pergi keluar negeri pengorbanan sosialnya sangat besar,
berpisah dari keluarga jauh dari kontrol orang tua, seorang suami harus
berpisah dari istri dan anak, begitu juga istri berati ada kewajiban-kewajiban
yang tidak bisa ditunaikan. Anak jadi korban utama, betapa menderita jauh dari
pengasuhan orang tua yang seharusnya selalu dekat dengannya. TKI yang berangkat
ke luar negeri memikul beban besar karena menjadi tumpuan harapan keluarga,
stigma di masyrakat yang bekerja di luar negeri pasti gajinya besar, pasti
dapat bangun rumah. Inilah yang disebut dengan beban sosial, tidak sedikit TKI
yang baru datang stress karena merasa impiannya kandas tidak bisa memenuhi
harapan orang tua. Dari beban sosial melahirkan penyakit sosial, tidak sedikit
TKW yang akhirnya mengambil jalan pintas mencari lembur tambahan sebagai PSK,
hal ini memang tidak enak di dengar tapi itulah kenyataan yang ada di lapangan.
TKI banyak juga yang terlibat pergaulan
bebas karena kurang pengawasan dari orang tua. Sering terjadi kasus aborsi atau
kabur dari kilang karena takut ketahuan hamil, banyak juga yang terkena
penyakit lesbian.
Untuk pemerintah negar tujuan
maupun Agen sangat diuntungkan dengan kehadiran TKI. Disamping kehadiran TKI
sangat menunjang pembangunan. Ada fenomena
aneh yang perlu dicermati oleh semua pihak, TKI mengeluh banyak cuti karena
pekerjaan kurang sehingga berimbas pada gaji mereka. Tak salah jika orang berpendapat
pengiriman TKI ini sebagai trafficking,
karena banyak pihak yang mengambil keuntungan dari TKI.
Masih banyak segudang permasalahan yang
membelit TKI dan tentunya harus segera diselesaikan. Pemerintah sebaiknya
segera menertibkan pihak-pihak yang berkaitan dengan TKI Mulai dari PJTKI kalau
keberadaannya malah menimbulkan masalah apa tidak sebaiknya penyaluran tenaga
kerja ke luar negeri langsung ditangani pemerintah saja sehingga akan
memudahkan pengawasan dan penyelesaian masalah TKI. Disamping itu pemerintah
pun perlu duduk bersama melakukan pendekatan kepada pemerintah tujuan TKI,
sampaikan bahwa TKI adalah duta bangsa yang harus dihargai karena di belakang
mereka ada pemerintah. Dengan langkah
bersama diharapkan nasib pahlawan devisa ini menjadi lebih cerah dan mereka
betul-betul dapat menguntai impiannya menjadi kenyataan yang indah.
Slamet Nurcahyono
No comments:
Post a Comment