udamasnilam.blogspot.com | Pendidikan Kita (News 20.22) - Pendidikan di negara berkembang seperti negara kita Indonesia sangatlah menjadi polemik tersendiri. Pendidikan yang katanya mampu membekali anak didik menjadi manusia yang berwawasan, berilmu dan berkreatifitas mulai pudar. Kurikulum yang selalu berubah guna mengikuti perkembangan jaman juga tidak bisa diterima sepenuhnya oleh masyarakat.
Awal dari kehancuran pendidikan adalah dengan munculnya kasus STPDN silam yang dimana melakukan kekerasan kepada yuniornya yang berakibat kematian. Berwal dari kasus itu muncul juga ekspos kasus pendidikan angkatan bersenjata (TNI/POLRI), kasus universitas dan banyak lagi. Akhirnya pemerintah mengambil langkah kebijakan dengan menghapus kekerasan di dunia pendidikan dengan alasan HAM.
Awal dari kehancuran pendidikan adalah dengan munculnya kasus STPDN silam yang dimana melakukan kekerasan kepada yuniornya yang berakibat kematian. Berwal dari kasus itu muncul juga ekspos kasus pendidikan angkatan bersenjata (TNI/POLRI), kasus universitas dan banyak lagi. Akhirnya pemerintah mengambil langkah kebijakan dengan menghapus kekerasan di dunia pendidikan dengan alasan HAM.
Padahal HAM itu selalu disalah artikan dan terima dengan mentah oleh masyarakat yang berpendidikan rendah, mereka taunya HAM itu bukan kekerasan. Setiap ada bentakan atau kontak fisik larinya langsung ke HAM. Begitu juga dengan orang tua siswa yang dimana hanya berpandangan jika anaknya sudah berseragam sekolah lalu pergi kesekolah maka sudah menjadi beban guru guna mendidiknya. Memang benar jika siswa/murid berada disekolah itu adalah tanggung jawab mutlak guru, tapi mengapa jika yang mempunyai wewenang memberi sanksi kepada murid maka orang tua harus protes bahkan melabrak guru ke sekolah. Sungguh konyol, pandanga bagi orang tua yang merasa mencari nafkah dan menghidupi anaknya merupakan senjata bagi pelindung anak yang berbuat onar.
Jika memang orang tua tidak bisa meerima perlakuan guru disekolah kepada anaknya maka lebih baik bangun sendiri sekolahan dan didik sendiri anaknya. Tentulah mereka akan merasakan betapa susahnya mendidik orang biasa mejadi orang yang luar biasa. Tugas guru bukan cuma menyampaikan materi tapi juga membentuk pribdai dan karakter anak, jadi bila mau membenahi anak tanpa boleh dibentak, dihukum lalu harus dengan cara bagaimana?
Sudah banyak bukti karena kenakalan anak dan orang tua dipanggil ke sekolah guna dimintai bantuan membenahi anaknya, tapi terbukti juga masih sama. Anak masih tetap nakal dan malah bertambah nakalnya. Hal itu terjadi karena orangtua yang dipanggil kesekolah bila ditanya pihak sekolah pasti jawabannya "YA KAMI BANTU, NANTI KAMI NASEHATI DI RUMAH" namun sesampainya di rumah hal itu tidak terjadi.
Sudah banyak bukti karena kenakalan anak dan orang tua dipanggil ke sekolah guna dimintai bantuan membenahi anaknya, tapi terbukti juga masih sama. Anak masih tetap nakal dan malah bertambah nakalnya. Hal itu terjadi karena orangtua yang dipanggil kesekolah bila ditanya pihak sekolah pasti jawabannya "YA KAMI BANTU, NANTI KAMI NASEHATI DI RUMAH" namun sesampainya di rumah hal itu tidak terjadi.
Untuk orang tua mengertilah akan kesulitan para guru/pendidik dalam mengajar anak-anak kalian, bersikaplah bijak dan proaktif dalam mendidik demi masa depan anak yang cemerlang.
Masa bodoh orang tua adalah bumerang bagi anak. (Sncy).
No comments:
Post a Comment